Long trip to Arara!!

Minggu 24 juni 2007, Pukul 15.30 aku berangkat dari rumah, Wirengan Baluwarti Solo, Rumah yang sudah aku tempati 13 tahun yang lalu.. Aku naek futura Warna ijo Metalik yang biasa aku pakai jalan-jalan. Saat itu aku bareng bapak, lelaki yg menghidupiku 26 tahun kebelakang. Seorang pensiunan guru, tapi penuh dengan pengalaman merantau dan bekerja. Mulai dari nganter kapas dari Jakarta ke bandung, kerja sebagai tukang cat di jakarta, pernah juga sebagai guru di PGA di masa mudanya.dan pernah juga kerja di Freep***, perusahaan raksasa milik amerika yg mengeruk "gunung emas" di bumi Papua, bapak kerja di Freep*** bukan sebagai enginering atau apalah yg berhubungan dengan technique, akan tetapi tetep berbasik sebagai pengajar , khususnya mengajar tentang agama. Hehe... maklum jebolan IAIN Djogjakarta. Konon katanya, bapak sebagai supervisor yang mempunyai jabatan "Minister of Moslem” di Freep*** dulu. Wah keren juga... Bapak menjadi single parent sejak aku duduk di bangku kelas enam. Betah juga beliau.. Aku dan bapak berangkat dari rumah dianter sepupuku dan ibunya, sepupuku yg lebih kurang 3 atau 4 bulan kedepan akan menikah. Wah nggak bisa dateng di nikahanya nih… beta masih di bumi Manise. Aku Naik Bus. Dari pool Sumber, kami dateng di pool dah banyak orang-orang yang pada mo jalan ke Jakarta, di sana sudah ada Dewi juga, Dewi Endriyani Nur Hidayah, seorang perempuan yang saat itu baru aku kenal sekitar 4 Bulan Kurang lebih jam 17.00an bis dateng, aku duduk di bangku no 3 A-B, bareng Bapak, perjalanan banyak aku habiskan buat tidur, Nyampe bekasi jam kira-kira 6 pagi , Niat turun di kampung Rambutan (terminal) eh ternyata bus ga masuk terminal, hanya lewat pasar Rebo. akhirnya keblandangen sampe Cijantung lewat. Wuih… mesti balik lagi, akhirnya setelah turun dari bus, aku n bapak, nyari transportasi ke Condet-Ciliwung. Alhamdulillah Sampailah aku di Jakarta. he he he.. perlu dicatat saat itu aku bawa Cerier yang biasa aku bawa naek gunung. Busyet.. dokter ra ndokteri blass….


Condet, Selasa 26 Juni 2007 jam 10an pagi dr Andree dateng ke Condet. Dr. Andree Iskandar, wah baru kali ini aku ketemuan, laki-laki keturunan Tionghoa, usia sekitar 60 tahunan, rambut sudah fifty-fifty ubanan, namun masih terlihat energik dan segar, ngobrol-ngobrol… ternyata resep sehatnya cuma satu… Olah raga! Aku baru ketemu Beliau hari ini, padahal sejak kira-kira 1 minggu sebelum aku lulus jadi seorang dokter kami dah sering telpon ngurusi soal keberangkatanku PTT di Maluku ini. Setelah ngobrol ngalor-ngidul ditemani Bapak dan Tanteku. Sore perasaan dah ga enak, stress.. menghadapi keberangkatan. Gak tau kenapa. Aku terlihat seperti resah, gundah dan bibir seperti terkunci susah diajak senyum. Jam 20.00 berangkat dari condet, meluncur ke bandara. Takut kena macet. Sampai bandara jam 21.30an,dan masuk terminal A bandara Sukarno Hatta. lumayan jauh juga jarak antara rumah bulekku dan bandara, padahal gak kena macet. Sesampai di bandara Disana dah ada dr Andree, dr Tejo yg bakalan aku gantiin, pak Ragil dan pak Nawawi. 2 nama yg terakhir merupakan Supervisor di bidang tambak udang. Sebelum masuk kita ngobrol-ngobrol bentar, bapak, bulik mar, om eko, kharis, ema. Kita foto-foto juga. Setelah bersalaman dengan Bapak, Om Eko, Bulek mar, Puput, Kharis kemudian kuambil barang-barang bawaanku, Kira-kira jam 10an kami berlima masuk ke halte bandara, sebelumnya mesti check-in tiket, masuk bagasi. Jadwal pesawat sih boarding jam 23.00 wib. Tunggu punya tunggu akhirnya baru bisa masuk pesawat jam 24 lewat. Oh ya... Kita ketemu dr Jeni di bandara, beliau adalah petinggi dinkes kab Masohi-ibukota kabupaten yang bakal aku tempati,beliau baru dateng dari Solo, abis ikut raker di hotel Quality. jadi aku gak perlu ngadep lagi di masohi besok. Bisa deh terjun langsung ke lokasi. kira-kira jam 00.30 wib, pesawat mulai take off aku naek LionAir dengan Pesawat Boeing 737 900ER, aku duduk di kursi 26 B,bersebelahan sama dr Tejo dan dr Andree, 5 jam perjalanan pesawat dah nyampe deh di Pattimura ambon. Jam setempat dah jam 8 lebih, pagi itu gerimis.. Dingin juga di Ambon, ga seperti yang aku bayangin. :) kurang lebih 30an menit aku dan penumpang lain nunggu ngambil barang di bagasi Satu persatu mulai di ambil pemilikinya yang dari tadi berdiri berjajar kaya di sungai ngliatin ikan2 berenang.. Kira2 20an menit barang2 kami telah berhasil kembali ke tuannya masing-masing. Diluar sudah menunggu driver perusahaan, namanya Kamil, usia 25 tahunan, badan tegap, tapi wajah terlihat lebih tua dari umurnya. mungkin karena faktor alam, kultur, ras dll yang mungkin sangat Compliceted. Wah kedatangan kami ke Ambon terlambat 2 jam dari jadwal. Kata kamil, Kapal cepat jadwal pagi dah berangkat menyebrang ke Seram, kita ketinggalan. Akhirnya kita meluncur ke kantor Ambon

Jarak Ambon kota dengan bandara cukup jauh juga, hingga akhirnya kita motong jalur lewat laut naik ferry. lebih deket 12 km, Jalur darat yg seharusnya di tempuh berbentuk letter U, menyusuri teluk. Setelah sampai di kantor Ambon, kita istirahat. Ngeteh, ngopi2, aku sempet tidur juga. Di kantor ambon biasa buat persinggahan kalo nunggu kapal atau pesawat. Di situ aku ketemu mr Ono (orang jepang yang dateng ke indonesia untuk ngurusi udang) dan fredi(Translator). Setelah jam 3an aku terbangun, dan dah diajak brangkat lanjutin perjalanan, kembali bareng kamil dan kami ber 5 brngkat ke pelabuhan kapal cepat, sebelum meluncur ke pelabuhan, kami mampir ke ke Dinkes Propinsi Maluku. Kita ketemu dengan kepala dinas kesehatan Maluku, sebentar sih… paling sekitar 5 menit, kemudian lanjutkan perjalanan ke Tulehu, tulehu merupakan pelabuhan kapal cepat di ambon. sampai di tulehu kira-kira jam setengah 4 sore, kita beli tiket Rp 115.000/orang,. Kita mulai berada di kapal, jam 4 sore kapal mulai gerak, kira-kira setengah jam dari pelabuhan Tulehu kapal mulai berada di tengah laut, wah ombak lumayan besar, kapal terombang-ambing. Jam 6 malem kapal merapat di Amahai, Pelabuhan Kapal cepat di Masohi. Sesampai di Amahi Kita di jemput sopir dari Perusahaan. Mampir maem di RM yulia di Masohi. Kira-kira jam 7 malam perjalanan lanjut ke Saka, dari Masohi ke Saka lebih kurang 2 jam perjalanan, Jalan liku-liku, gelap tak ada lampu, mobil hanya 1 atau 2 biji saja yang berpapasan. Lewat tengah hutan, gelap banget, kanan kiri runggut, gondrong, pohon gede-gede, jadi inget petualaangan naek gunung. Sampe di saka jam 9.20 malem, di Saka sudah ditunggu operator Speedboat, Setengah jam naek speedboat melewati Teluk Saleman, Sawai nyampelah kami di Opin, kita disambut satpam, kemudian dateng 2 mobil, aku dan dr.Andree nginep di mess Opin, pak Ragil, pak Nawawi dan dr.Tejo ngelanjutin jalan ke arara. Perjalanan dari Jakarta (condet) hari Selasa 20.00 WIB, sampe lokasi (Opin) Rabu jam 22.00 WIT, 24 Jam Full. wuih... Melelahkan.... very-very long trip. Aku mandi sebentar, sholat Magrib dan Isya’ dijama’ kemudian.... ZZzz....ZZzz.. Opin, Kamis, 28 Juni 2007. Kira-kira jam 6 pagi aku bangun, bener-bener berat banget. Jika saja itu di rumahku sendiri tentu aku tak akan buru-buru bangun. Karena sungkan juga dengan dr Andree yang sudah bangun, dengan melawan rasa ngantuk aku berusaha melek. Aku mengambil air wudhu, dingin banget, soalnya di luar gerimis juga. Sholat 2 raka’at aku jalani. Setelah sholat subuh, aku ngobrol dengan dr. Andree, bercerita tentang pengalaman beliau. Jam 09.00 pagi pintu kamar kami di ketok dari luar, “ Ya silahkan Masuk” jawabku dari dalam kamar. Dari luar sesosok wanita paruh baya masuk, berjilbab, perawakan gemuk, kulit sedikit gelap, sambil tersenyum dia menyapa kami. “ Pagi Pak Dok, Maaf pak dok menggangu sebentar..” Pak dok merupakan sapaan yang biasa di ucapkan orang-orang di daerah sini. Sedikit janggal juga ditelinga. “Ya ada apa?” jawab kami. “ Maaf, dah beta tunggu dari tadi kok pak dok, seng keluar-keluar?, Beta dengar pak dok yang baru dah datang, beta pengen ketemu dengan pak dok” sambil turun dari tempat tidur aku menghampiri wanita itu, sembari mengulurkan tangan kanan untuk berjabatan. “ Saya Yunan, dokter yang baru, yang akan ngantiin dr Tejo disini.” “ Saya Sunarti, suster di Opin Dok” “oh, gimana klinik disini?, oke nanti saya coba liat-liat ke klinik sini. Sambil orientasi” “ Bolehlah pak dok, silahkan” Singkat cerita akhirnya saya menyambangi klinik di Opin, melihat-lihat, sambil orientasi. Mengecek daftar obat, melihat-lihat daftar kasus yang di tangani dan datang ke klinik. Setelah kurang lebih setengah jam, saya di ajak dr Andree untuk berangkat meneruskan perjalanan ke Arara. “ Yunan, ayo ke Arara sekarang?” “ Boleh… tapi saya belum packing dok!” jawabku “ Alah paling juga 5 menit juga selesai” kemudian aku menata barang-barang aku yang ada di kamar, kumasukkan satu persatu ke Carier. Baju, handuk buku-buku, charger handphone dan lain sebagainya. Setelah yakin gak ada yang ketinggalan, carier aku tutup, aku kencangkan, kemudian aku pakai. Tas laptop aku jinjing. Di depan mess Opin tempat aku menginap semalam dah ada bus karyawan yang menunggu kami. Aku dan dr Andree berdua masuk Bus itu. Di dalam bus hanya ada pak sopir, aku dan dr Andree.Kemudian aku berangkat ke Arara. Jarak antara Opin dan Arara kurang lebih 10 km. di tempuh pakai kendaraan (bus) sekitar 15 menit. jalanan tidak beraspal, hanya tanah kering yang lumayan halus dengan kerikil-kerikil. Jalan yang kami lalui bukan merupakan jalan umum. Jalan itu hanya kendaraan perusahaan dan karyawan yang lewat. Ada juga satu dua penduduk setempat yang lewat. Jalan itu hanya menghubungkan antara Opin dengan Arara, dulunya hutan dan rawa, kemudian dibuka untuk jalan penghubung. Jadi tidak heran kalau kanan dan kiri jalan itu masih ada hutan yang penuh tanaman-tanaman liar. Selain itu ada juga rawa-rawa, yang aku yakin pasti ada ular atau binatang liar di dalamnya meski aku belum pernah melihatnya langsung.


Di tengah pejalanan kami melewati sebuah jembatan yang terbuat dari batang-batang pohon yang besar, jembatan tersebut hampir rubuh. Bagaimana tidak rubuh, tiap hari diatasnya dilewati Mobil, Bus dan truk-truk perusahaan yang beratnya berton-ton, belum lagi erosi dari air sungai, karena di bawah jembatan mengalir sungai yang cukup lebar dengan air yang cukup deras, penduduk setempat menyebutnya sungai Sapalewa. Setalah melewati jembatan Sapalewa, Bus masuk lokasi Arara, pusat tambak udang, lahan seluas lebih kurang 250 Ha hanya petak-petak air yang berisi udang windu (Penaeus monodon). kira-kira 15 menit melewati tambak kemudian Bus masuk gerbang perusahaan. Kami turun dan kemudian jalan sekitar 300 meter menuju ke sebuah bangunan rumah, tembok bercat putih, pagar dari kayu setinggi anak SD, dan di depannya ada sebuah papan bertuliskan “Poliklinik PT Mina Seram Lestari Arara”.
“Oh ini Kliniknya” batinku dalam hati. Di sebelah klinik ada sebuah rumah yang fasilitas seadanya, dan ada pohon kersen didepannya, rumah tinggal dokter. Disinilah yang bakalan aku tinggali 2 tahun kedepan . akhirnya sampai juga aku di lokasi tugasku, lokasi PTT ku, lokasi keterasinganku, lokasi tanpa signal GSM ataupun CDMA... Welcome to the jungle… Welcome to Arara!!!

Juru ketik Honorer : Yunan Hari: 20.16.00 Kategori:

1 Komen penuh makna..:

  1. Halo dr Yunan, saya Taufan,saya menemukan blog anda sewaktu saya tengah mencari informasi ttg P seram dan Gn Binaiya. Kebetulan sampai hari ini saya masih suka jalan-jalan ke gunung. Insya Allah Oct nanti saya dan beberapa teman berencana untuk naik ke Gn Binaiya, lewat jalur Utara. Jika anda memiliki informasi terkini mengenai akses menuju kesana (lewat jalur utara), kondisi keamanan, tempat untuk bermalam di P seram yg dekat dengan lokasi awal pendakian, transportasi dll, kami sangat berterima kasih jika dr Yunan berkenan share semua info itu ke kami. alamat email saya altitude.freak@gmail.com

    Terima kasih

    taufan

    BalasHapus