Dukundigital. Salah satu "perlengkapan tempur" para dokter dalam melakukan diagnosis fisik adalah tensimeter atau istilah kerennya sphymomanometer. Jenis dan bentuk alat ini ada bermacem-macem. Tapi yang familier dan jamak ditemui di sarana pengobatan (baca: puskesmas) adalah yang model pompa dengan manual.
karet pemompa unremlendungable alias nggak mau mlendung kembali
Yang namanya alat pasti ada umur pakainya, seperti pengalaman saat pengobatan blusukan kemarin. Karena pengaruh dari faktor U, dan dipakai setiap hari, tiba-tiba tensimeter yang kami bawa ngadat. Permasalahannnya sebenarnya sepele, yaitu karet pemompa kempes dan nggak mau mengembang kembali saat dipakai. Mau balik ke puskesmas untuk nuker jelas gak mungkin karena jarak yang terlalu jauh. Apalagi mau beli pemompanya. Jelas gak ada, lha wong pompa sepeda aja gak ada yang jual.. apa lagi pompa tensimeter....
Wasyemmm, akhirnya kerja jadi lebih lelet gara-gara gak mau mlendung...
Sampai di rumah, tensimeter yang ngadat coba di utak-atik. Dari hasil investigasi, kasus nggak mau mlendungnya diduga karena bola gotri yang ada di valve gak mau terdorong balik lagi. mungkin karena seret bin keset... so, tekanan udara dari luar ngga mampu mendorong bola gotri untuk kembali
Akhirnya setelah dapat wangsit dari arwahnya MacGyver, Valve atau klep yang ada diujung pompa coba saya lepas. Cukup gampang, cukup pakai tangan gak perlu alat tambahan.
kemudian lubang valve saya tetesi dengan minyak (oli).
Setelah ditetesi, goyang-goyang. Tujuannya agar minyak sebagai pelumas bola gotri di valve bisa merata. Kemudian sisa minyak dibersihkan pakai tisu dan valve saya pasang kembali ke karet pemompanya.
Hmmm setelah di coba, alhamdulillah sekarang karet pemompa bisa kembali mlendung dengan sukses.
* Terimakasih